Cara Ziarah dan Ngalap Berkah di Gunung Kawi

Pesugihan Berupa Tuyul di Gunung Kawi

CeritaSaja - Gunung Kawi dengan ketinggian 2.551 dari bawah permukaan laut sudah banyak tentu dikenal oleh kebanyakan orang sebagai tempat pesugihan atau ngalap berkah.

Tidak tanggung yang wisatawan yang datang tidak hanya berasal dari masyarakat di Indonesia saja melainkan banyak juga wisatawan asing dari Asia Tenggara yang datang. Konon pesugihan di Gunung Kawi merupakan jenis pesugihan berupa tuyul.

Diceritakan pula konon ada kisaran ribuan tuyul pesugihan yang tersedia di sana. Letak Gunung Kawi tidak lah sulit untuk dicari, berada pada desa Wonosari, Malang, Jawa Timur. Gunung Kawi merupakan gunung berapi dengan sebutan "Kota Pegunungan", hal ini disebabkan disana kita tidak akan menemukan suasana gunung yang sepi, tapi justru kita akan disuguhi sebuah pemandangan mirip di negeri tiongkok zaman dulu.

Terdapat makam keramat Kanjeng Kyai Zakaria II, beliau masih terdapat hubungan kekerabatan dengan keraton Kartosuro serta makam Raden Mas Iman Soedjono dari keraton Yogyakarta. Di makam ini lah sering sekali dijadikan tempat ziarah para pencari berkah dan rejeki.

Ada beberapa waktu yang menjadi favorit bagi para peziarah untuk berziarah dan sekalian ngalap berkah, yaitu setiap malam senin pahing dan jumat legi. Malam-malam favorit tersebut dipercaya merupakan hari kelahiran dari dua tokoh di makam keramat Gunung Kawi. Jadi kedua hari itulah yang dianggap paling penting atau paling sakral bagi peziarah.

Dari keterangan juru kunci disana, ritual pesugihan atau ngalap berkah sesungguhnya dilakukan pada malam hari dengan kisaran waktu jam 21.00 sampai larut pagi. Peziarah pun tidak bisa sembarang dalam melakukan ritual ini, karena ritual baru bisa dimulai jika sang juru kunci dan petugas makam telah membuka kelambu penutup yang terdapat di kedua makam tersebut.

Dan selama kelambu itu belum terbuka peziarah hanya boleh masuk ke ruangan utama makam dan terlebih dahulu hendaklah mencuci kaki dari air gentong yang letaknya persis di samping ruangan makam. Konon air dari gentong pun dipercaya sebagai obat awet muda.

Larangan lainnya yang diberlakukan kepada peziarah adalah peziarah hanya diperbolehkan untuk membawa bunga pada saat ritual tabur bunga saja dan bunga tersebut hanya boleh dibeli di dalam komplek makam Gunung Kawi dan selain itu tidak diperbolehkan membawa kamera, kemenyan, dupa dan handphone. 

Tidak ada tuntunan resmi dalam proses ritual setelah kelambu yang menutupi makam tersebut terbuka, semua peziarah bebas berdoa sesuai dengan keyakinan agama yang dianut masing-masing. Dan ketika proses ritual (proses berdoa) selesai, para peziarah diberikan kesempatan untuk menaburkan bunga di makam tersebut.

Setiap pengunjung akan diberi semacam bingkisan oleh sang ketua juru kunci yang bentuknya berupa kain merah berhuruf cina yang berisikan dupa dan beberapa ubo rampe kecil. Konon bagi yang mempercayainya, mereka akan menyimpan bingkisan itu dalam rumahnya masing-masing sebagai berkah untuk kekayan dan rejeki.

Di Gunung Kawi sendiri diyakini  tidak hanya air gentong dan bingkisan dari ketua juru kunci saja yang dianggap memiliki tuah untuk berkah kekayaan dan rejeki. Ada sebuah pohon Dewandaru yang sangat dikenal tuah gaibnya. Yang unik dari pohon ini adalah, baik daun dan buahnya dipercaya mempunyai tuah gaib yang sangat ampuh. Tuah gaib itu bisa digunakan secara langsung dalam ajian penglaris usaha dan tidak perlu ada syarat-syarat khusus untuk meritualkannya.

Meskipun demikian ada syarat unik agar daun atau buah dari pohon dewandaru tersebut mengandung tuah gaib. Yaitu daun atau buah tidak boleh dipetik, atau dengan sengaja menggoyang-goyang pohon agar daun atau buah berguguran di bawah. Siapa pun yang menginginkan tuah daun atau buah Dewandaru harus menunggu agar daun atau buah itu jatuh sendiri.

Pohon Dewandaru yang dianggap bertuah itu hanya ada satu jenisnya. Yaitu yang berada di luar, atau tepat di samping ruangan utama makam. Atau kalau dari tangga utama masuk kompleks langsung menyambut pengunjung di teras atau halaman paling atas.

Perkampungan Pesugihan Dengan Tumbal

Patut dijelaskan kembali, bahwa sebenarnya di sekitar kompleks makam keramat tersebut, tidak ada praktek-praktek pesugihan seperti yang didengungkan banyak orang. Para peziarah yang berkunjung ke kompleks makam adalah murni untuk berziarah dan mengharapkan berkah. Tidak ada syarat-syarat khusu yang mengharuskan peziarah untuk mengorbankan nyawa seseorang untuk mencari kekayaan.

Jika niat dari peziarah memang untuk mencari kekayaan lewat pesugihan jalan pintas atau hitam, dikawasan Gunung Kawi memang ada namun tempatnya bukan diarea sekitaran komplek makam. Lokasi pesugihan yang dimaksud letaknya sekitar 5 (lima) kilometer mengarah ke atas setelah komplek makam keramat tersebut.

Di sana terdapat sebuah perkampungan yang memang melayani permintaan untuk pesugihan, baik pesugihan tuyul, babi ngepet, kera, buto ijo dan masih banyak bentuk pesugihan lainnya dan kesemuanya menggunakan syarat mahar berupa tumbal nyawa dari keluarga anda. Rata-rata pada perkampungan ini semua rumah bisa melayani permintaan tersebut.

Tidak gampang untuk menemukan posisi rumah maupun perkampungan yang konon memang terkenal dengan pelayanan jasa pesugihan tersebut. Karena tidak ada tanda khusus yang digunakan sebagai petunjuk jika anda berkunjung kesana dengan sendirian.

Tak elak praktek pesugihan ini, semakin bertambah marak karena dibantu oleh beberapa jasa broker dan pemantu, mereka menawarkan jasa antar ke rumah di perkampungan tersebut kepada para peziarah di sekitaran kompleks makam keramat. 
Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Aturan Mengisi kolom komentar dibawah ini :

Diharuskan menggunakan bahasa yang sopan.
Dilarang mengirim pertanyaan yang berbau Spam (diluar kategori bahasan blog).
Tidak diperkenankan memasukkan link aktif maupun non aktif di dalam pesan (kecuali itu permintaan admin).